Renungan Akhir Ramadhan 1436 H

Tuna netra bersuara merdu


Ramadhan akan segera berakhir kembali. Tidak terasa 30 hari berlalu begitu cepat. C'est Vrai, le temps n'est pas rentrĂ©. Entah, aktivitas apa saja yang telah kita lakukan di bulan ini. semoga aktivitas kita semua merupakan aktivitas yang bermanfaat dan memperoleh keridhoanNya. aamiin yaa robbal alamiin. 

Bagi umat islam, berlalunya bulan ramadhan menimbulkan kesedihan yang sulit digambarkan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat indah untuk dilalui dengan sia-sia. Di dalam bulan ini, kenyamanan hati dan kesejukan jiwa dapat diperoleh dengan selalu memohon doa kepadaNya. Di bulan ramadhan pula, sebagian orang bahagia karena dapat berkumpul bersama keluarga atau orang yang dikasihi ketika waktu berbuka puasa atau sahur. 

Akan Tetapi, bulan penuh keindahan ini akan segera berakhir. Sedih merupakan hal yang wajar dialami oleh seorang manusia jika kehilangan sesuatu. namun, kesedihan ini alangkah baiknya dialihkan dengan pikiran positif lainnya. seperti, berdoa agar kelak dapat bertemu dengan bulan ramadhan kembali, atau kelak di ramadhan berikutnya saya harus beribadah lebih semangat lagi. Resolusi itu merupakan hal terbaik yang harus kita ikrarkan dalam hati, dengan harapan Allah akan mengabulkannya. 

Di malam ke 28 Ramadhan ini, saya akan menceritakan pengalaman saya ketika bertemu dua orang hamba Allah yang membuat saya memiliki perasaan yang tidak dapat dideskripsikan dengan kata-kata. 


Siang tadi, saya menemani ibu saya ke pasar tradisional untuk membeli sayur mayur untuk perbekalan berbuka dan sahur. Sebelum ke pasar tradisional, saya menemani ibu saya terlebih dahulu membeli toples-toples guna meletakkan kue-kue lebaran. ketika sampai di tempat penjualan toples, saya sedikit tercengang karena banyak sekali orang yang tengah memilih baju-baju lebaran. pada dasarnya toko toples tersebut berada di antara tempat berjualan pakaian-pakaian muslim dan lainnya. 

Di Indonesia, kebiasan membeli baju lebaran (baru) adalah hal yang seakan-akan menjadi tradisi. jika dilihat dari dua sisi tentu terdapat pandangan yang berbeda. namun, kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia alangkah baiknya tidak menegaskan sendiri pendapat kita jika memang kita berada di salah satu sisi itu. bukankah begitu? :) 

setelah membeli beberapa toples, saya dan ibu langsung bergegas ke pasar tradisonal. Mengelilingi pasar tradisional pada dasarnya adalah suatu hal yang menarik bagi saya pribadi, mengapa? karena saya bisa melihat dengan jelas seberapa besar perjuangan setiap orang untuk hidup dan berinteraksi. 

selanjutnya, ketika saya dan ibu sedang berhenti di satu pedagang. saya mendengar ada suara nyanyian melalui mikrofon, saya heran pada awalnya. 

"suara dari mana deh lagu nya, pasti ada yang menyalakan lagu Nike Ardila nih volumenya diperbesar pula." gumam saya. 

tapi, ketika saya membalikkan badan. tercengang saya akan pemandangan yang saya lihat. 

"Itu bukan suara kaset lagu atau apa." ucap saya dalam hati.

Ya, kenyataan yang harus kalian tau adalah suara merdu itu berasal dari seorang Ibu sekitar usia 30-40 tahun, tapi, dia bukan seorang penyanyi handal atau apa. Ia adalah seorang Tuna Netra yang mencari pendapatan dengan menyanyi di pasar tradisional tempat saya berbelanja.

Ya Allah, teriris rasanya hati. suaranya sangat bagus, lebih bagus rasanya saya pikir dari artis-artis di negeri ini. Sedih sekali melihat nya menggunakan tongkat penunjuk jalan, berjalan entah kemana arahnya untuk memperoleh rezeki. Saya tidak tahu apakah ia berpuasa atau tidak, tapi saya membayangkan betapa merananya ia.

Saya bungkam, saya tidak dapat mengeluarkan kata-kata. Sedih sekali, teriris rasanya. langsung saya terbayang akan nikmat yang saya miliki jika dibandingkan dirinya. Masya Allah, saya merasa rendah sekali dihadapan Allah. saya juga merasa berdosa terkadang saya lupa akan nikmat Allah terhadap saya :( 

Di dalam pikiran saya, semua tergambar dengan sangat jelas. subhanallah di kala orang-orang sedang saling berlomba-lomba mempersiapkan kebahagiaan lebaran dengan berbelanja, mudik, dan lainnya di penghujung ramadhan. ia tengah berusaha memperoleh rezeki bagi dirinya, anaknya. Bagaimana dengan anaknya? hatiku langsung menduga bahwa di dalam hatinya, ia pasti juga ingin membuat anaknya bahagia dengan pakaian baru seperti orang lain. namun apa daya.. :(

setiap orang yang lalu lalang melihat dirinya pun memberikan sedikit rezeki yang mereka miliki bagi ibu itu. Saya tak kuat melihatnya lama-lama, mata dan hati ini rasanya malu dan merasa rendah ketika harus membandingkan kekuatan dan ketabahan dengan ibu tersebut. 

Ya Allah, sebagai sesama muslim, saya hanya bisa mendoakan nya dengan doa terbaik di hadapan Allah. Allah Maha Kaya, Allah Maha Pengasih dan penyayang. Allah lah yang akan memberikannya keberkahan atas usahanya. 

Kisah ini memberikan kita semua pelajaran bahwa hanya meminta dengan menjulurkan tangan tanpa sesuatu yang di usahakan pun tak ada gunanya dibandingkan dengan ibu tuna netra bersuara merdu itu. Allah tidak sepenuhnya membuat dia buta, Allahurrahiim masih memberikan ia kelebihan berupa suara yang indah seperti Nike Ardila yang membuat ia masih dihargai di lingkungannya.

pembelajaran berikutnya untuk kita renungkan adalah Syukuri syukuri syukuri apa yang kita miliki, janganlah kita memaksakan kehendak apapun lebih dari kemampuan kita, karena dibawah kita masih banyak orang yang ingin sesuatu seperti kita walau hal terkeci namun tidak bisa ia peroleh.

terakhir, sebagai penutup 

Allaahummaj'alnaa syakuuroo waj'alnaa shobuuroo. 

Yaa Allah jadikanlah kami orang yang bersyukur lagi bersabar.. aamiin yaa robbal alamiin. 

semoga bermanfaat.

Salam, 

Salsabilaluna. 


Comments

Popular Posts