Une petite histore de mon Grand- Père



Mon Grand-Père
 Kakekku

Hari ini aku akan bercerita mengenai kakekku, lebih tepatnya kakek yang berasal dari papa. Beliau merupakan Seorang ayah yang telah melalui perjuangan hidup yang sangat panjang, meninggalkan banyak kenangan dan kasih sayang terhadap anak-anaknya, dan menyayangi setiap cucunya. Beliau bernama (alm) H.Tarli Sartidjan bin Sartidjan. Kakek telah meninggalkan banyak kenangan sebagai Ayah, Guru, kepala sekolah, suami dan kakek menjadi pofesinya selama beliau hidup. Aku mengenalnya tidak terlalu lama, aku tak memahami hidupnya sampai suatu hari aku membaca kisah hidupnya yang ia tuliskan dalam kertas-kertas yang disimpan dalam sebuah koper. 


Tetesan air mata ku mengalir kala membaca kisah hidupnya ketika beliau baru sampai di Jakarta dan perjuangan beliau untuk hidup selama ini. Kakek, itu sebutanku terhadap beliau. beliau merupakan ayah dari papaku. Seorang yang berperan besar dalam hidupku hingga saat ini. Kakek memiliki 10 orang anak dan bagiku beliau telah berhasil membentuk karakter anak-anaknya dengan sangat baik. Kakek didampingi oleh wanita yang aku sebut nenek saat ini, wanita yang beliau temui di kegiatan organisasi. Hingga pada akhirnya menemani beliau hingga akhir hayatnya.
Aku tidak terlalu mengenal kakek, yang aku tau. Kakek adalah mantan kepala sekolah yang sangat di hormati rekan-rekanya, kepala sekolah yang bijaksana. Aku sering bertanya kepada mamaku tentang kakek.
“Bagaimana kakek ketika menjabat menjadi kepala sekolah, mah?”
Mama pun menjawab dengan jawaban yang sederhana namun aku yakin itulah kenyataannya.
“kakek dulu keren banget, peduli sama guru-guru” ucap mama.
Aku tidak banyak mendengar kisah kakek, jujur aku menyesal. Namun, aku sangat bangga memiliki kakek. Kakek dulunya merupakan kepala sekolah dari Man 8 Jakarta dan Man 9 Jakarta. Semua guru-guru senior teman papa mengenalnya dan menunjukkan rasa segan yang sangat besar. Nenek sering bercerita padaku bahwa kakek sering sekali tour ke sekolah-sekolah untuk studi banding. Uniknya, Tidak seperti pasangan lain yang meninggalkan istri karena tugas. Kakek membawa nenek untuk mendampinginya. Aku melihatnya sendiri dari banyak foto-foto. Nenek dan kakek. Sungguh kisah cinta yang indah.
Papaku merupakan anak pertama dari kakek dan nenek, jika aku melihat papa, aku bingung mendeskripsikannya. Papaku dulu membantu kakek dan nenek, menjaga 9 dari adik-adiknya. Quelle magnifique! Papa pernah bercerita padaku bahwa ketika dulu beliau selalu berjalan kaki saat sekolah, membantu nenek berjualan dan sebagainya. Aku malu terkadang rasanya, aku merasa terkadang aku masih mengeluh dan tak mensyukuri.
Aku merindukan kakek, ya, aku merindukannya, walau tidak banyak waktu aku berbincang dengannya. Aku merasakan betapa kehilangan sosok kakek. Bayangkan saja, ketika itu kakek menjengukku ke cikeas pasca kecelakaan, padahal setauku kakek dalam kondisi tak sehat. Aku ingat ketika nenek datang melihat kondisiku lalu memelukku dan menangis, sedangkan kakek berusaha mengusap tanganku. Aku rasa beliau juga sedih, aku bukan main sedihnya melihat nenek menangis saat itu.
“Kakek, andai kau bisa kembali lagi.” Ucap suara hatiku
aku dan kakek pernah berbincang-bincang, kakek menanyakan kepadaku mau kuliah dimana ketika dulu.
“abis sekolah mau kuliah dimana?” tanya kakek
“pengennya di brawijaya, kek. Biar mandiri.” Jawab ku
Dulu, sebelumnya aku pernah berkeinginan untuk kuliah di luar daerah, namun, karena banyak masukan yang mengarahkanku  juga karena nasehat papa dan mama, aku mengugurkannya. Hal ini terjadi karena papa dan mama khawatir akan keberlangsungan diriku nanti, mungkin kalian berpikir kalo aku anak yang manja, namun, sebenarnya itu adalah hal yang memiliki banyak pertimbangan terutama setelah aku mengalami kecelakaan.
“ngapain jauh-jauh, di sini juga banyak tempat kuliah.” Ucap kakek.
Perkataan kakek saat itu, bagiku merupakan advice baik dari kakek. Bagiku papa sangat bertanggung jawab sekali, memegang peran sebagi pemimpin adik-adiknya. Aku terkadang merasa bahwa aku sebagai anak pertama belum dapat seperti papa.
aku merasa kehilangan sosok kakek, aku pun berpikir bagaimana dengan tante ku yang masih butuh sosok kakek. Tante ku masih daam batas usia muda, ia adalah anak terakhir dari kakek dan nenek yang sangat dekat dengan ponakan-ponakannya. Bagaimana dengan tante yang masih membutuhkan sosok kakek, terlebih suatu hari nanti menjadi walinya dalam pernikahan. Betapa rindunya dia pasti.
Kakek meninggal pada tanggal 2 Mei 2014, beliau mengidap penyakit yang kita sebut kanker. Yang aku tau beliau sangat kuat, walau sakit. Hingga suatu hari beliau masuk ke dalam ICU saat itu, aku dan mama ditelpon papa. Kami bergegas menuju kerumah sakit. Saat itu aku tengah memiliki waktu luang banyak setelah ujian nasional tahun 2014.
Kalian pasti bisa membayangkan bukan, betapa sedihnya ketika mengatahui orang yang disayangi harus menghadapi rasa sakit. Kakek tak sadarkan diri saat itu, kluargaku mulai sering mengiringi beliau dengan alunan ayat suci Alquran, setiap yang masuk ke dalam ICU pasti keluar dengan air mata.
Terlebih ketika aku, mama, dan papa masuk ke dalam waktu itu, kami bertiga tak kuat menahan air mata, melihat kakek dipasangkan banyak alat yang pasti menyakiti dirinya, mama dan papa sangat sedih. Kami keluar secara bergantian, air mataku saat itu mengalir deras. Hingga kaki ini tak kuat menopang, aku menghabiskan waktuku untuk berusaha dirumah sakit. Menginap di rumah tante dan om. Taukah kalian? Saat itu nenek juga dalam keadaan yang tak baik, beliau harus menggunakan kursi roda.
Kakek, mengingat mu adalah sebuah kerinduan besar bagiku. Saat menuliskan ini dan mendengarkan alunan musik klasik membuatku tak kuasa menahan tangis. Tak lama setelah kondisi kakek naik turun, ada satu masa dimana kondisinya membaik, beliau membuka matanya, beliau hadir kembali, bisa mengenali orang. Aku melihat disini ada harapan baru untuk kakek.
Papa tetap menemani kakek dirumah sakit bersama om kala itu, aku diminta papa untuk pulang. Awalnya aku ada kekhawatiran akan masa lalu yang sama ketika bapak Ojak meninggal -beliau juga orang yang penting bagi hidupku, yang sangat ku sayangi- aku pulang kala itu dan tak lama berselang Bapak Ojak meninggalkan dunia ini, tanpa pamit denganku. Aku hancur bukan main, dan sekarang aku takut hal itu terjadi lagi denganku.  
Papa dan om meyakinkanku untuk pulang dan menjamin semuanya akan baik-baik saja, akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Namun, tak berselang 24 jam. salah satu om ku menelpon, aku yakin kalian tahu apa jawabannya, ya, kakek pergi meninggalkan ku. Aku tak kuasa menahan nangis dan amarahku. Aku bagaikan orang gila, ketakutanku terjadi. Alangkah merugi rasanya. Namun, mama meyakinkan bahwa ini semua takdir Allah, mama bilang aku dan semua cucu kakek telah membantu menghantarkannya dengan setiap doa, meskipun begitu kalian pasti tahu dan memahami bagaimana perasaanku.
Ketika aku telah dirumah kakek, tak lama berselang. Mobil ambulan tiba, kalian tahu, wajah yang pertama kulihat adalah papa, aku menghampirinya dan memeluknya. Papa menangis, akupun juga menangis.
“Kakek, udah pergi kak, ikhlasin ya. Maafin kakek.” Ucap papa seraya menahan tangis.
Aku tak kuat menahan tangis, semua air mataku tumpah ruah.
Aku melihat nenek, dan tante lis. Aku tak kuasa melihat kesedihan mereka, nenek yang di gotong oleh om dan saudara-saudaraku. Aku melihat adik-adik sepupuku yang juga menangis, mereka masih kecil-kecil dan sering bercanda dengan kakek, aku mengetahui hati mereka.
Kakek meninggal pada tanggal 2 Mei 2014. Semua air mata rasanya telah habis terkuras. Aku rasa kakek juga telah lelah menghadapi sakitnya, dan aku yakin kakek akan lebih baik bersama Allah. Sekarang, tiada lagi sosok kakek di rumah, tiada lagi yang menemani nenek, dan menunjukkan muka bahagia ketika cucunya hadir. sekarang, Papalah yang menjadi sosok kakek bagi adik-adiknya, pengganti kakek dan yang akan menggantikan wali kakek saat tante menikah nanti. 


Yaa Allah,
Tiada Tuhan selain engkau yang Maha Penyayang,
Allaahummaghfirlahuu warhamhuu wa’afihii wa’fuanhu,
Allaahumma laa tahrimna ajrohuu wa laa taftinna ba’dahuu waghfir lanaa walahu.
Yaa Allah, tempatkanlah beliau di tempat terbaik di sisi mu,
Lapangkanlah Kuburnya, rahmatilah kuburnya dengan cahaya-Mu.
Sayangilah Beliau yaa Allah.

Kakek, Kami di sini akan mengingat pesanmu selalu dan akan selalu mendoakanmu, Kami sayang padamu, Kakek. 

Jakarta, 23 Januari 2014
Salsabila Fitriana

CC : Jagalah dan sayangilah orang-orang yang kita cintai, hargai keberadaannya selama masih di samping kita. 

Comments

Popular Posts